Rabu, 26 Agustus 2009

Rahmat Ramadhan 1430 H


Bismillahirrohman nirrohim,

Hari ini, adalah hari ke 6 Ramadhan 1430 H, ada rasa "buah Ramdahan tahun ini" yang Alhamdulillah kami, khususnya saya bisa rasakan, dibanding Ramadhan2 yang telah lalu, yaitu Sholat Subuh Berjamaah dengan anak & Istri saya, khususnya dengan Aisyah Putri Nursya'bani. Di usia nya yg baru memasuki 9 th, rasa-rasa nya bagi saya ini adalah buah Ramadhan tahun ini.

Ada sebuah permintaan yg sungguh menggelitik saya, saat mengajak Sholat Subuh berjamaah dengan dia (Aisyah Putri), mengingat kebiasaan yg sangat sulit bagi nya, untuk berjamaah diwaktu Sholat Subuh, "Pah, Putri mau Jamaah dengan papah, tapi surat nya Kulhu & In'na a'thoina..aja..!!"

Subhanallah, saya tersadarkan kembali betapa egoisnya saya, yg biasa nya memanjangkan bacaan surat saat sholat subuh, saat ini diingatkan betapa penting nya memahami sang makmum. Kondisi makmum secara umum saat ini memang membutuhkan sebuah kondisi dimana kita memang harus masuk "kedalam tanah" (Istilah M. Yunus, dengan Bank untuk orang miskin) untuk bisa memahami kehidupan, karena sepasang mata Rajawali memang diperlukan untuk melihat arah & tujuan yang lebih besar & lebih luas, namun "Rasa memasuki & menggali perlahan di dalam tanah" juga diperlukan untuk bisa memahami sang Makmum ini.

Saat saya memasuki pasar waru, saat membantu Santy mengangkat hasil belanjaan nya, yang ditipkan di tempat Pak Haji yg menjual sayuran, rasa ini bergema kembali... Alhamdulillah 2 Indra yang dititipkan Nya, berfungsi dengan baik. Insya Allah menjadi modal untuk kedepan.

Salam,
RM

Kamis, 13 Agustus 2009

Anak-ku akan menjadi Bukan Anak ku .....


Bismillahirrohmanirrohim,

Dalam minggu-minggu ini, aku jadi teringat pembicaraan beberapa tahun lalu dengan Ibu, saat saya mengajaknya untuk tinggal bersama kami di bekasi saat itu, kerna melihat dia hidup sendiri dirumah nya setelah Ayahanda pulang ke Rahmatullah. Jawaban Ibuku menjadi "kesimpulan" bagi kami semua dalam proses menjalani kehidupan kami.

Ibu-ku berkata, "Dulu, awalnya saya hidup sendiri, merantau ke Jakarta, bekerja sendiri, menafkahi hidup secara mandiri, lalu Ibu ketemu dengan Ayahmu, kami berdua hidup bersama, kemudian lahir kamu (Saya dan saudara2 saya ber-6) , satu persatu, kami bahagia dalam kesederhanaan itu, proses selanjutnya kamu semua menjalani hidup sendiri, berkeluarga dan meninggalkan kami berdua lagi, kemudian Ayahmu "pergi", sekarang Ibu sendiri... itulah hidup"

Aku jadi teringat anak2ku manakala statement kalimat itu muncul, bagaimana proses anak2 ku saat ini yang masih kuanggap sebagai "anak kecil" tumbuh dan berproses menjadi diri mereka sendiri, dan masa transisi itu "ditandai" dengan proses "ketidak siapan kami" didalam mengikhlaskan diri kami untuk menerima, kalau Mereka akan meninggalkan kami....!!

Judul diatas, bukan statement apatis, melainkan preventif mision, khususnya buat kami sebagai orang tua, kalau mereka akan menjadi diri mereka sendiri, yang Insya Allah akan jauh lebih hebat dan lebih kuat dari orang tua nya," Anak-ku akan menjadi bukan Anak-ku.." mereka akan menjadi Orang tua juga seperti diri-ku yg memiliki pemikiran tentang diri mereka sendiri.

Ucapakan Kahlil Gibran "Anak ibarat anak panah, dari sebuah busur (orang tua) yang kita lontarkan" kemana arah dan tujuan nya, kita memang memiliki rencana, namun sasaran akhir, banyak faktor yang mempengaruhi nya, Sebagai seorang Ayah dan orang tua, saya hanya memiliki prinsip, kalau Dia adalah investasi akhirat buat kami.

Salam,
RM

Rabu, 05 Agustus 2009

MARAH .....


Bismillahirrohman nirrohim,


Tepat nisfu Sa'ban semalam, saya marah ama Ika, ... persoalan nya hanya sepele, saat saya sedang makan malam, saya minta diambilkan minum oleh dia, sambil berjalan, anakku hanya berucap "Ambil saja sendiri...!!", Emosi saya saat itu juga naik, pada tingkat yg tertinggi , padahal saya malam itu sedang makan malam.

Saat itu hanya satu hal yang terfikir dalam benak ku, yaitu ttg sebuah "Akhlak anak-anak saya" , yg diluar expectasi saya sebagai ayah nya, dan malam itu saya memberikan nasehat kepada anak2 saya, tentang betapa penting nya akhlak dibentuk dalam sebuah keluarga, Akhlak adalah sebuah sikap....

Saat ini saya pun harus mencoba introspeksi terhadap diri saya sendiri, manakala sebagai orang tua, mungkin ada hal2 yg memberikan batasan pada sikap saya, jujur harus diakui bahwa anak-anak ku adalah manusia, dengan segala proses yg dialami nya, saya hanya berpesan pada mereka, bahwa sikap nya tergantung pada 2 hal, siapa teman di lingkungan nya, dan apa yg dia lakukan terhadap waktu yg dimiliki nya.

Saya sebagai orang tua, juga marah pada diri saya sendiri, manakala secara sadar saya menempatkan diri anak-anak saya sebagai "budak" atas keperluan yang saya inginkan, bukankah Nabi Besar saja mengajarkan untuk menjahit sendiri pakaian nya, bukankah Nabi Besar mengajarkan untuk siap tidur diluar rumah, manakala pulang pada malam hari didapatkan pintu rumah nya terkunci, dan dia tak ingin membangunkan istri nya, karena khawatir mengganggu tidur nya... Subhanallah ternyata dimalam pertengahan bulan Sya'ban saya disadarkan bahwa MARAH berawal dari batasan yg kita buat terhadap diri kita sendiri...
dan pagi ini saya mengantar Ika sekolah, dengan kecupan di pipi nya, sebagai tanda bahwa Ayahnya sangat menyayangi dia.. seperti apa yang diinginkan oleh Sulthan, saat saya berangkat kerja pagi ini " Papah,..cium Sulthan dulu....!!!!!"

Salam,
RM

Sabtu, 01 Agustus 2009

IBU


Bismillahirrohmanirrohim,


Tadi adiku Udin, cerita ttg Hadist Nabi yg menceritakan ttg seorang sahabat yg telah berbakti seumur hidupnya terhadap Ibu nya, dan bertanya pada Nabi, apakah dengan begitu sudah terbalas seluruh Jasa Ibu nya terhadap diri nya, Nabi Menjawab : Tak akan bisa terbalas, karena seorang Ibu berbuat untuk anak nya, agar anak tsb bisa hidup panjang, sementara seorang anak sebesar apapun jasa nya, pasti berfikir bahwa Ibu nya pasti akan meninggal.

Sebuah pemahaman baru yg bermanfaat untuk saya khususnya, terkait dengan apa yang sedang kami alami saat ini, dimana kami semua khususnya anak2 Ibu ingin berbuat yg terbaik untuk Ibu, dan ini adalah sebuah ujian, manakala kita mendapatkan sebuah kenyataan, bahwa ada orang disekitar kita yg ternyata belum sama memahami nya - khususnya saudara kandung, Adik - atau Kakak kita.

Kadang terpikir oleh ku, sesulit itukah "berbakti kepada Ibu", sampai-sampai seorang Nabi pun - harus memberikan sebuah teori, tanpa pembuktian, manakala terkait dengan Syariat berbakti kepada orang tua..??.

Ada cerita, 5 Tahun pertama pernikahan Istri kita berperan sebagai Pacar, 5 Tahun kemudian Istri kita berperan sebagai Teman, 5 Tahun kemudian dia bisa berperan sebagai Saudara Tua (Kakak), 5 Tahun setelah itu dia bisa berperan sebagai Ibu kita... Lalu dimana peran Ibu kita sesungguhnya, atau memang seorang Lelaki harus "pintar" berada di 2 posisi antara Ibu asli nya, dengan Ibu "Jadian nya"...???

Disitulah letaknya Islam bermanfaat, manakala kita menemukan permasalahan2 yg membutuhkan solusi dan jalan keluar dari problem yg kita hadapi. It's Simple.

Sebentar lagi, masuk Ramadhan yg ke 40 untuk saya, dan Insya Allah ini adalah lebaran Ruhiyah saya, khususnya untuk mendidik keluarga kami, dan mencoba bercermin pada misi dan visi yang saya canangkan Rahmatan Lil Alamin. Insya Allah apa yang kami lakukan adalah sesuai dengan Ridho Nya, Amin.

Setelah saya jitung2 kemarin terdapat total 33 orang dalam keluarga Ibu Hj. Sulatimah dengan sekitar 20 orang cucu, 12 anak mantu, disis lain keluarga saya genap 6 orang ( 3 pasang laki & perempuan). Saya tidak tahu apakah ini merupakan kebenaran atau apa, tapi yg pasti Insya Allah kami berencana mengumpulkan semuanya di bulan Sya'ban 1430 H ini.

Ada pesan yg ingin saya sampaikan nanti, yaitu Pesan KEMATIAN dan bagaimana kita bisa berjumpa dengannya secara Ikhlas, sebuah PR untuk bisa diberikan pada generasi selanjutnya, untuk dapat diteruskan. Dunia dan isi nya harus digenggam ditangan, bukan diletakan didalam Hati kita.

Mumpung IBU masih ada, kita perlu mendengarkan apa yang menjadi keinginan dan harapan-harapan nya.

Salam,
RM