Rabu, 07 Januari 2009

Damai di Palestina & Peran Yahudi

Bismillahirrohman nirrohim,

Menulis cerita Palestina, ibarat menulis sejarah peradaban & kebudayaan manusia sepanjang masa, sehingga diperlukan manusia dengan kapasitas & integritas yang tinggi untuk bisa objectif memandang sebuah cerita tentang Palestina.

Saat ini kondisi objectif menunjukan bahwa cerita Damai di Palestina, merupakan "mimpi" ketimbang menjadi "cita-cita", karena kita semua tahu, apa yang terjadi disana saat ini. Pertanyaan nya, kenapa begitu Penting nya sebuah Palestine untuk di ceritakan ...?? karena disanalah letak awal mula sebuah sejarah awal spiritualitas manusia, bermula dengan perjalanan Nabi Ibrahim AS dalam proses "mencari Tuhan" nya, hingga sampai saat ini, Wajarlah dan sangat tepat lah pada akhirnya ajaran Islam mengajarkan dan mendo'a kan Nabi Ibrahim 17 kali dalam sehari dalam setiap sholat kita.

Ya Allah, seandainya ummat Yahudi sadar, bahwa kita selalu mendo'akan Bapak nya Nabi Ishak, Bapak nya Nabi Ayyub, Bapak nya Nabi Sulaeman (Solomon), dan Bapak nya Nabi Daud (David), dan Bapak nya Nabi Isa As, rasa nya tak pantas mereka, dengan segala filosofi yang mendasari nya, untuk tega membunuh, atas nama apapun. Sama hal nya kita mengutuk teroris untuk ummat manapun.

Atau kah alam bawah sadar kolektif ummat manusia sudah kembali ke asal muasal kejadian, dimana dikotomi sel telur Sarah dan Siti hajar, memang sulit untuk di damai kan...???, layaknya kita harus rela bertempur walaupun kita satu Bapak (Ibrahim As)...?? Rasa-rasa nya kejadian masa lalu, saya rasa sudah cukup untuk menjadi cerita pahit, manakala Siti hajar rela dan ikhlas, untuk keluar dari Palestina, sebuah lembah yang subur dan makmur, menuju sebuah padang sahara tandus di Mekkah...untuk sebuah kedamaian, untuk sebuah persatuan, untuk sebuah ke Ikhlasan, untuk sebuah Nama.. Ibrahim As.

Lalu, dimana letak Tuhan Yang Maha Esa harus kita tempatkan, manakala kita hanya terpaku pada makna sebuah tempat suci.. Apakah itu bernama Yerussalem, Kuil Sulaeman, Batu Maryam, dan Ka'bah di Mekkah, dan kita rela mengorbankan nyawa manusia untuk tujuan itu.

Wahai kaum yahudi, anda memang memiliki sejarah panjang tentang sebuah peradaban dan kebudayaan yang besar di Dunia ini, seperti layak nya kerajaan Nabi Sulaeman dengan tentara Jin nya, namun semua itu tak ada artinya dimata Tuhan, manakala akhir hayat kehidupan kita akan kembali nanti kepada Nya...

Itulah kenapa, Nabi Besar kita mengajarkan tentang Dunia dan isi nya, ibarat bangkai anak keledai yang cacat telinga nya.... agar kita bisa menjadi wakil Tuhan di muka bumi ini. Pantaslah Nabi Besar kita mengajarkan untuk "menerima caci-maki seorang Yahudi yang buta mata nya" sambil terus dengan ichlas dan penuh kasih sayang tetap memberi makan, dengan tangannya sendiri...sampai akhir hayat nya. Sampai Yahudi yang buta itu sadar betul, bahwa orang yang di caci maki sampai akhir hayat nya, adalah orang yang terus menerus memberi makan kepada nya.

Seharusnya kita cemburu, kenapa Tuhan hanya memberikan tiket syurga kepada Rakyat Palestina yang terjajah Israel, seharusnya kita cemburu kepada Rakyat Afghanistan yang terjajah, seharusnya kita cemburu kenapa Tuhan hanya memberi tiket ke Syurga kepada Rakyat yang terjajah di Irak...

Kebencian dan peperangan tak akan pernah berakhir dengan Damai. Hanya kasih sayang yang akan menumbuhkan ke damai an. Islam mengajarkan Damai, namun Islam juga mengajarkan tentang Keadilan. Saran saya untuk seluruh Ummat Yahudi, semakin anda memerangi kami, yang tertindak di negri kami sendiri, maka itu artinya anda menyerahkan ticket syurga dari Tuhan, untuk dengan gembira kami ambil......

Salam,
Rois M