Sabtu, 03 Mei 2008

Kehidupan itu serba baru ... dan Indah...

Kemarin, tepatnya awal Mei' 2008, Perusahaan lama tempat saya bekerja, mengambil mobil inventaris kantor, yang sering saya gunakan, sehingga terjadi complaint, khususnya dari Si Senguinis, bahkan dengan komentar yg bernada "memprotes" ..."Papah sich pindah kerja segala, mending di Kobexindo aja, jadi ada mobil ..." kata nya..

Si Melankolis, putri menyanggah " Eh Sayyid, itu kan mobil kantor, nanti juga pasti diambil, biarin aja ...!!", demikian juga dengan Si Phlegmatis, Ika, dan juga dengan Mamah nya... Prinsipnya, itulah kehidupan... ada saat kita harus merasakan keadaan serba baru, keadaan yg berbeda, keadaan yg harus kita rasakan.. dari sudut pandang "rasa" yg umumnya orang lain miliki...

Akhirnya, si Senguinis bisa sholat jum'at dengan si Wali (temannya yg juara 1 di kelas), walaupun harus naik mobil bak terbuka, yang biasa digunakan untuk bawa ikan (krn bapaknya Wali tukang Ikan), demikian juga si Ika harus rela menunggu di rumah Nur untuk bisa pulang bersama saya, Mamah nya harus rela menjemput Putri dengan naik KWK ke Istiqomah, dan saya harus terbiasa pergi kerja dengan menggunakan sepeda motor...

Banyak Hikmah yg saya harus syukuri dari keadaan ini, minimal menumbuhkan kemandirian anak2 saya, dan diri saya pribadi khususnya, dan saya harus kuat & teguh didalam menjalankan keputusan yang sudah saya ambil....

"Sesuatu yg terasa sakit untuk kita nik'mati ... pada akhirnya akan berpasangan dengan kemudahan yang terasa Indah pada akhirnya, itulah cerita ttg sholat jum;at nya kamu dengan Wali kemarin Sayyid....!!!" Insya Allah, suatu saat dia akan jauh lebih paham dibanding ayahnya...

Tangisan Sang Senguinis

"Badan mu bau bo'ol ....!!", kata-kata itu terucap layaknya enteng nya menelan ludah ku... tapi tak kusangka, Sang Sengunis, Si Sayyid menangis terisak-isak mendengar nya.

Sebenarnya kalimat itu sering di ungkapkan oleh tante nya, atau pun oleh mamah nya, hanya saja, malam ini begitu terkesan mendalam, karena saya ikut meng"amini" nya pula, ..Astagfirullah...

Saya sadar, ternyata pertumbuhan fisik nya yg cepat sekali, bahkan aku sering menyebut dia dengan sebutan "Si Gentong" karena tubuhnya berkembang pesat, dibandingkan saat dia di Bekasi, mengakibatkan "effek samping" pada metabolisme pengeluaran "kotoran" dari dalam tubuhnya, salah satu nya keringat nya relatif banyak, dan menempel di kemeja yg dikenakan nya, dan "mengendap" menjadi "aroma kimia yg menakjubkan"... layaknya aroma yg keluar dari lubang dubur orang....dan si Sayyid.. malam ini... sangat-sangat-sangat tersinggung, shg isak tangisnya tak terbendung...

"Lain kali papah & mamah jangan ngomong ghitu...hu..hu..hu..." dengan nada sedih..dan kami pun tersadar, ada sesuatu yg salah dalam pengungkapan yg kami lakukan...dan akhirnya, saya pun memberikan penjelasan & permintaan maaf, dan berjanji serta berkomitmen dengan dia, untuk merubah bersama-sama....

Sang Senguinis menangis .... Subhanallah....